Selasa, 14 Juli 2020

Obat Herbal Indonesia Ini Buat Cemas AS, Loh Kok Dapat?

Kratom, daun pohon tropis yang makin banyak dipakai di penjuru dunia untuk obat pembasmi rasakan sakit serta untuk alternatif opioid, kemungkinan mendapatkan sorotan besar di daerah Barat, tapi di Tuana Tuha, satu desa pedalaman di Kalimantan timur di Indonesia, dipandang seperti karunia serta mata pencarian.

Kratom, atau Partnergyna speciosa, ialah tanaman asli Indonesia, Thailand, Malaysia, serta Papua Nugini. Daunnya memiliki kandungan senyawa yang mengganti pemikiran yang memengaruhi reseptor otak yang sama dengan morfin, membuat kratom jadi obat herbal yang terkenal.

Pemakaian kratom sekarang ini sedang dalam kontrol di Amerika Serikat, dimana lebih dari pada 130 orang wafat tiap hari karena overdosis opioid. Administrasi Makanan serta Beberapa obat AS sudah mengingatkan tentang mengonsumsi obat itu.


Di Indonesia, instansi narkotika negara inginkan kementerian kesehatan mengelompokkan kratom untuk psikotropika kelas satu, seperti heroin serta kokain. Pelanggaran narkoba dalam kelompok ini bisa dikenakan hukuman maximum 20 tahun penjara.

"Kami minta kementerian kesehatan untuk mengelompokkannya untuk [zat ilegal] kelas satu. Bahaya [kratom] sepuluh kali lipat dari kokain atau ganja," kata Yunis Farida Oktoris Triana, wakil rehabilitasi di Tubuh Narkotika Nasional Indonesia (BNN). "Dialog kita masih berjalan," dikutip dari South China Morning Post, Jumat (11/10/2019).

American Kratom Association grosir herbal bogor memprediksi jika ada 15,6 juta pemakai kratom di AS pada Juni, serta industri ini berharga lebih satu miliar dolar.

Pada 2016, Administrasi Penegakan Narkoba AS pernah menyarankan kenaikan kratom ke obat kelas I, meletakkannya berdampingan dengan heroin, LSD serta MDMA. Tetapi, ada reaksi besar lalu proposal itu pada akhirnya ditarik, walau masih ada kecemasan mengenai kratom, yang bisa membuat pemakainya beresiko pada ketagihan atau efek yang lain.

Bulan kemarin, contohnya, seorang masyarakat Florida diamankan sesudah seorang lelaki cacat yang dia rawat wafat sebab kepanasan dalam minivannya. Pria itu tertidur di tempat tinggalnya sesudah menelan dua paket bubuk kratom, kata polisi AS.

Di AS, kratom masuk ke kelompok ilegal di enam negara, termasuk juga Alabama serta Wisconsin, sesaat di Eropa, kratom ilegal di Irlandia, Swedia, Latvia, Lithuania, Polandia serta Inggris, tapi di Jerman, Prancis, serta Spanyol dipandang legal. Di Barat, dan di Indonesia, kratom gampang dipesan lewat internet, dimana kratom dipasarkan untuk bubuk hijau, teh atau berbentuk permen karet.

Kratom asli dari Tuana Tuha, satu desa dengan penduduk 3.000 orang, seputar empat jam dari ibu kota Kalimantan Timur, Samarinda, serta di salah satunya kabupaten yang bisa menjadi rumah buat ibukota baru Indonesia.

Beberapa pohon, yang diketahui untuk kedemba, ialah sisi dari keluarga kopi serta bisa tumbuh sampai tujuh mtr.. Mereka secara cepat jadi sumber penghasilan penting masyarakat desa, gantikan kelapa sawit serta perikanan.

"Kratom ialah pohon liar yang tumbuh di halaman belakang kami serta di semua kampung kami. Dimana ada 1.200 hektar tempat yang dahulunya ialah perkebunan kelapa sawit, saat ini dipenuhi oleh pohon kratom," kata Tommy, kades Tuana Tuha.

"Kami punyai pepatah di sini, jika dengan kedemba, bila kami mendapatkan pohon, kami mendapatkan uang."

Masyarakat desa Tuana Tuha umumnya cari ikan untuk memperoleh pendapatan, tapi ketidaktetapan serta ongkos memaksakan beberapa dari mereka untuk tinggalkan mata pencarian itu. Di akhir 2017, seorang lelaki dari Pontianak, ibu kota propinsi tetangga Kalimantan Barat, berkunjung ke desa itu untuk beli daun kratom, memberitahu masyarakat jika daun-daun itu benar-benar disukai di luar negeri. Daun itu sudah dibudidayakan semenjak 2004 di Pontianak, kata pria itu.

"Masyarakat desa di sini semasa beberapa generasi minum air rebusan kulit pohon kedemba sesudah wanita melahirkan, untuk bersihkan darah kotor mereka serta percepat proses pengobatan, tapi kami belum pernah konsumsi daunnya," kata Tommy. "Jadi kami yakin saat ia menjelaskan jika orang asing memakai kedemba untuk obat herbal."

Masyarakat desa awalannya berasa susah untuk menuai daun kratom sebab tidak ada yang mengajarkan mereka langkah melakukan. Daun kratom tipis serta benar-benar tidak sama dengan tanaman lain seperti beras serta jagung, kata Iksan Maulana, satu dari beberapa ratus pemetik kratom di Tuana Tuha.

"Saat saya mulai, saya cuma mendapatkan 50kg /hari sebab saya tidak paham langkah menuai daun secara cepat jadi saya ambilnya satu demi satu," kata seorang pria berumur 24 tahun.

"Saya takut memanjat pohon, tapi saya harus melakukan, sebab bagaimana lagi langkah saya dapat memperoleh daunnya? Saya belajar bagaimana melakukan secara benar dalam 3 hari. Saya belajar jika daun tua semakin gampang diambil dibanding daun yang muda."

Saat ini Iksan bisa ambil sampai 200kg /hari. Ketrampilan barunya membuahkan 400.000 rupiah (US $ 28) /hari, dari tujuh jam kerja.

Desa ini capai pucuk produksinya di antara Januari serta Mei tahun ini, saat 300 pemetik bisa mendapatkan sampai 50 ton daun kratom per bulan, membuahkan penghasilan satu miliar rupiah (US $ 70.600).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar